Jika diamati di antara teman sekelas atau teman sekolah pasti akan kalian temukan fakta antara lain: Nurwan dan Hendri atau teman yang lain sangat pintar mengerjakan soal-soal matematika, fisika, atau kimia; Sukirman dan Ramadhan atau teman yang lain sangat pintar menggocek bola kaki
; Murdi dan Yusro atau teman yang lain sangat pintar main musik; dan fakta lain banyak guru yang pintar dan enak mengajar, dokter yang pintar mengobati, de el el (coba cari sendiri fakta lain di sekitarmu...!). Nah pada akhirnya pasti kalian akan menemukan fakta juga ada seorang dokter yang juga seorang profesor pintar main biola, hebat main bola basket, pintar ceramah, dah seabrek kemampuan yang lain. Kalau begitu penjelasan apa yang dapat diberikan berkaitan dengan fakta-fakta tersebut. Mari ikuti penjelasannya
; Murdi dan Yusro atau teman yang lain sangat pintar main musik; dan fakta lain banyak guru yang pintar dan enak mengajar, dokter yang pintar mengobati, de el el (coba cari sendiri fakta lain di sekitarmu...!). Nah pada akhirnya pasti kalian akan menemukan fakta juga ada seorang dokter yang juga seorang profesor pintar main biola, hebat main bola basket, pintar ceramah, dah seabrek kemampuan yang lain. Kalau begitu penjelasan apa yang dapat diberikan berkaitan dengan fakta-fakta tersebut. Mari ikuti penjelasannya
KECERDASAN
Yuups......tepat sekalee...! kita sekarang sebenarnya sedang membahas tentang kecerdasan. Nah apa yang kalian dapatkan tesebut sebenarnya berkaitan dengan kecerdasan. Lha terus kalau begitu kecerdasan itu apa dunx? Kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia yang .......................Orang tua umumnya atau bahkan guru beranggapan bahwa manusia cerdas itu harusnya dapat memecahkan masalah-masalah rumit yang dihadapi, sehingga begitu terdengar kata cerdas, langsung teringat Habibie atau Einstein si penemu E=mc2, sehingga siswa sering kali didorong untuk mendapatkan nilai-nilai akademis tinggi yang berupa angka. Anggapan tersebut keliru besar sehingga sering kali merugikan anak sebagai pemilik kecerdasan sebagai peserta didik, yang pada akhirnya akan membunuh potensi yang ada dalam peserta didik, bukan malah sebaliknya melejitkan potensi anak.
Pada 1983 seorang profesor dari Havard University bernama Howard Gardner memberikan pandangan yang berbeda tentang kecerdasan manusia. Bagi Gardner tidak ada manusia bodoh atau pintar, namun setiap anak memiliki kemampuan yang menonjol dalam satu atau lebih kemampuan. Setiap anak terlahir memiliki kemampuan atau kecerdasan (biasa disebut talenta=bakat), sehingga orang tua (sebagai pendidik pertama), lingkungan bermain (teman), dan lingkungan belajar (guru) bertanggung jawab dalam proses menumbuhkembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak.
JENIS-JENIS KECERDASAN
Selanjutnya Gardner menggolongkan kecerdasan manusia menjadi sembilan kecerdasan antara lain
1. Kecerdasan Logis Matamatis
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan berpikir secara konseptual, siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis yang menonjol memiliki kemampuan berpikir (penalaran) yang baik, menyukai eksplorasi pola, kategori dan hubungan suatu konsep. Contohnya siswa mampu menyelesaikan sebuah rumus matematis, hitungan dan logika matematika, fisika, dan kimia.
2. Kecerdasan Lisngustik
Kecerdasan ini ditandai dengan adanya kemampuan siswa dalam mengeksplorasi, mengekspos, dan memvisualisasi kemampuan kognitif (pikiran) ke dalam sebuah sistem bahasa untuk berkomunikasi dalam bentuk kata-kata. Contohnya siswa mampu menulis, mengarang, menyiarkan, berorasi atau berpidato.
3. Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan anak dalam memvisualisasikan pikiran dalam bentuk gambar visual, menyusun suatu susunan gambar, pola, urutan, peta, maupun rute perjalanan atau navigasi. Siswa yang memiliki kecerdasan ini memiliki bakat untuk menjadi arsitek atau insinyur mesin.
4. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan ini ditandai dengan adanya kemampuan dalam diri anak yang meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi, dan warna musik, memiliki rasa yang kuat terhadap bunyi, irama, nada, dan tempo. Siswa yang memiliki kecerdasan ini dapat memainkan satu atau beberapa alat musik, dan kamampuan lain dalam musik seperti menyanyi, mengiringi, mengarang lagu, membuat aransemen musi, dll.
5. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan ini berhubungan dengan olah tubuh seperti menari, olah raga, gerakan-gerakan akrobatik. Siswa yang memiliki kecerdasan ini dapat berprofesi sebagai pemain sepak bola hebat seperti Pele, Maradona, Ronaldo, sebagai penari hebat maupun profesi lain yang menghendaki gerakan tubuh atau kinestetik.
6. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini dimiliki oleh anak ntuk mengenali, membedakan, mengungkapkan, dan membuat kategori apa yang ditemui di alam mereka, misalnya tanaman, hewan, poon, burung dll. Anak yang memiliki bakat seperti ini kelak bisa menjadi seorang peneliti.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini dimiliki oleh anak dalam memahami, menguasai, dan mengelola emosi, dan kemampuan untuk memahami diri sendiri atau self control.
8. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan anak untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan orang lain, mampu menanggapi suasana hati, motivasi, dan hasrat orang lain dengan tepat. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal kelak dapat berprofesi menjadi dokter, guru, pengacara, dan psikiater atau psikolog.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan anak untuk memiliki nilai dan norma yang ada di masyarakat dan menggunakannya dalam kehidupannya sehari-hari.
PERAN LINGKUNGAN
Dilihat dari paparan tersebut diatas, setiap anak memiliki semua kecerdasan sebagai sebuah anugerah dari sang penguasa sejak bayi. Namun herannya banyak sekali pertanyaan yang muncul, antara lain: kok tidak semua anak pintar ya? atau mungkin tidak seorang anak memiliki bakat lebih dari satu? Nah di sinilah letak permasalahannya. Keluarga sebagai lingkungan pertamalah yang akan memberi warna terhadap tumbuhkembangnya sembilan kecerdasan tersebut. Keluarga (orang tua)-lah yang akan meletakkan dasar-dasar kecerdasan anak. Timbul dunx sebuah pertanyaan”emang ada apa dengan orang tua?”
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1970-an didapatkan kenyataan yang sangat mencengangkan yaitu 50% kecerdasan anak berkembang pada usia 0-4 tahun, 80% maksimal pada usia 8 tahun dan 20% maksimal pada usia 18 tahun. Dapat dibayangkan kalau saja pada usia 0-4 tahun orang tua memberikan stimulasi atau pembelajaran yang keliru, maka 50% kecerdasan anak tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik, meskipun dikaruniai kecerdasan sebanyak 9 jenis, maka yang ada hanya penyia-nyiaan karunia Allah. Setelah itu, tugas penggalian potensi anak juga dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih besar yaitu masyarakat dan sekolah. Masyarakat dan sekolah turut memberi warna dan dinamika dalam menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Sehingga dengan lain kata, mendidik itu sangat berat....!
Jika si anak memilih lingkungan bermain atau lingkungan belajar yang keliru, maka segala potensi yang dimiliki sebelumnya bisa saja tidak berkembang. Bahkan perilaku negatif yang tidak dimiliki sebelumnya malah akan tumbuh dan berkembang. Disinilah tugas orang tua, sekolah, dan masyarakat dalam turut memberikan warna dalam mendidik anak, supaya turut membimbing anak.
MENGGALI POTENSI ANAK
Anak dengan segala bakat dan potensi yang terpendam sejak ia lahir, tidak akan tumbuh dan berkembang secara optimal jika orang tua tidak membantu dengan benar. Sediakanlah mainan yang dapat merangsang pikiran dan kreativitas anak menggunakan permainan yang edukatif, seperti puzzle, catur, atau peralatan olah pikir maupun olah fisik lain sehingga potensi anak akan tergali dengan baik.
Yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah selalu memonitor potensi anak sedini mungkin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada si buah hati adalah (1) bahwa bayi merupakan pengamat yang sangat teliti sehingga segala perilaku yang ada akan ditiru oleh si bayi, (2) anak akan berbicara sangat cepat jika diajari untuk berbicara sedini mungkin, (3) anak memiliki rasa ingin tahu (penasaran) yang sangat besar sehingga mereka sering bertanya hingga puas, (4) anak cenderung enerjik (penuh semangat), dan (5) anak sangat mudah bergaul dan bersahabat dengan anak lain seusianya. Nah dari kelima hal tersebut, orang tua harus memfasilitasi supaya hal-hal yang positif tersebut supaya berkembang dengan baik.
Berikutnya yang perlu dilakukan adalah menghargai pemikiran dan kreativitas anak. Anak memiliki imaginasi yang sangat tinggi melampaui usianya sehingga segala sesuatu yang ada dalam benaknya harus dituangkan dalam bentuk-bentuk keterampilan, dan hasil dari kreativitasnya harus diberi penghargaan dan menghindari untuk mencela maupun tidak memperdulikan hasil karya mereka. Dari penghargaan ini akan menimbulkan hal-hal sbb: (1) terjadi komunikasi dua arah antara anak dengan orang tua, (2) pendapat/penjelasan anak akan berkembang, (3) menumbuhkembangkan kemampuan anak untuk menjelaskan, (4) menumbuhkan keberanian anak, (5) menumbuhkan rasa percaya diri, dan (6) menumbukan interaksi dan sikap demokrasi pada diri anak.
Beberapa perilaku orang tua yang harus dihindarkan di hadapan anak antara lain: mengumpat kepada anak, memberikan predikat buruk kepada anak, bertengkar di depan anak, tidak menegakkan peraturan, bersikap masa bodoh, keseringan mengancam anak dan banyak perilaku lain yang tidak terpuji. Seharusnya anak sebagai anugerah dari Allah harus dijaga dan dididik sebaik mungkin supaya ada keseimbangan antara satu kecerdasan dengan kecerdasan yang lain, sehingga anak kelak akan memberikan kebanggaan kepada orang tua dan bukan malah sebaliknya akan memberikan rasa malu dan cela kepada orang tua.
Mengakhiri tulisan ini, mari kita belajar menjadi orang tua yang baik supaya potensi anak tumbuh dan berkembang dengan unggul dan seimbang. Mari menggali potensi diri supaya menjadi orang-orang yang memiliki banyak potensi yang berman-faat kepada sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon agar setiap pengunjung memberi komentar atas konten terkait, di tunggu ya trims