Belajar merupakan proses aktif oleh siswa baik secara fisik maupun mental sehingga ada atau tidaknya orang lain (guru atau instruktur) belajar oleh siswa masih tetap bisa dilakukan. Belajar dapat dimana saja, kapan saja dengan cara berinteraksi dengan lingkungan sebagai sumber belajar baik yang direncanakan maupun yang dimanfaatkan.
Belajar di dalam kelas menurut Arends (2006:13) bukanlah kegiatan yang pasif dengan cara duduk tenang sambil mencatat dalam ruangan persegi, duduk pada bangku yang tetap, dan papan tulis dengan podium yang didesain untuk transmisi pengetahuan, namun merupakan suatu kondisi aktif siswa yang berdialog sehingga makna berkembang dan dikonstruksikan. Dilihat dari pernyataan tersebut, terdapat pemikiran bahwa di masa lalu ada pandangan tentang belajar yang hanya diperoleh melalui transfer, sehingga siswa bisa pasif yang dikenal dengan pembelajaran berpusat pada guru. Pernyataan Arends tersebut didukung oleh Suparlan (2009:40) yang menyatakan bahwa pembelajaran di Indonesia masih belum bergerak dari dominasi sebuah metode dalam pembelajaran yaitu ceramah dan tanya jawab yang cenderung monoton.
Konsentrasi siswa di dalam kelas sangat terbatas kurang lebih 10 menit pertama pada saat mendengar ceramah dari guru, karena kecepatan siswa dalam mendengar hanya setengah dari kecepatan guru dalam berbicara (Silberman, 2009:2). Siswa selama mendengar ceramah hanya memperhatikan guru yang berbicara dengan gerakan-gerakan tubuh yang sama sehingga perhatian siswa mudah hilang. Ditambah kenyataan guru dalam berceramah tanpa menggunakan media yang memadai seperti media yang melibatkan indera pendengaran maupun indera penglihatan. Dijelaskan oleh Suparlan (2009:4) bahwa ruang kelas sekolah merupakan ruang yang digunakan untuk mengajar kering dari metode dan media pembelajaran yang bermakna. Sebagian Guru hanya menggunakan papan tulis sebagai media belajar yang tidak bermakna sehingga paradigma lama tersebut dalam pembelajaran dikenal dengan chalk and talk atau kapur dan tutur.
Penggunaan media yang memanfaatkan indera pengelihatan dan indera pendengaran sangat membantu siswa dalam belajar, media audio dan visual dapat meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar dengan movie image yang dipadu dengan narasi dan musik latar yang sesuai dengan karakter materi pelajaran. Tayangan yang sesuai dengan lingkungan yang ditemui oleh siswa sehari-hari (kontekstual) akan semakin mempermudah siswa dalam mengikuti dan membangun pemahaman.
Seorang guru bisa saja menjelaskan konsep tanaman monokotil dan dikotil dengan cara bercerita atau ceramah, namun hasilnya akan berbeda kalau dalam penjelasan guru menggunakan benda asli yang memadai disertai dengan contoh dan penjelasan tentang ciri-cirinya. Namun tidak semua benda bisa dihadirkan ke dalam kelas karena ukuran, jarak, ruang, dan waktu yang membatasi sehingga media bisa menjadi alternatif dalam menghadirkan benda-benda tersebut seperti foto, gambar, slide, dan video.
Media menurut Kemp dalam Susilana dan Riyana (2008:2) berarti perantara pesan (channel) dalam komunikasi dari sumber pesan kepada satu atau kelompok orang sender ke receiver. Kemp memaparkan bahwa pembelajaran di dalam kelas merupakan proses komunikasi yaitu penyampaian pesan (materi) dari guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai penerima pesan atau komunikan melalui media pembelajaran sebagai perantara. Sehingga media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara pesan berupa materi pembelajaran yang disampaikan dari guru sebagai pemberi pesan kepada siswa sebagai penerima pesan.
Briggs dalam Sadiman (2009:6) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar misalnya buku, film, kaset, dan film bingkai. Hal senada tentang pengertian media disampaikan oleh AECT pada 1977 sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi (Arsyad, 2009:3). Sedangkan National Education Association (NEA) mendefinisikan media dalam lingkup pendidikan sebagai segala sesuatu benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang didipergunakan untuk kegiatan pendidikan (Miarso, 2004:45). Menurut pengertian tersebut dapat ditarik pengertian bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang berbentuk fisik yang dihadirkan maupun dimanipulasi ke dalam pembelajaran yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mengendalikan pembelajaran.
Media pembelajaran digunakan oleh guru untuk menghindari penyampaian materi pelajaran sepenuhnya secara verbal sehingga membosankan siswa, membantu guru dalam menjelaskan materi kepada siswa, dan mengatasi kekurangan sumber belajar dalam bentuk media (Sudjana dan Rivai, 2009:6). Miarso (2004:458) menuliskan bahwa
“Media dihadirkan dan digunakan dalam pembelajaran berguna untuk memberikan rangsangan yang bervariasi pada otak sehingga berfungsi optimal, mengatasi keterbatasan pengalaman oleh siswa, memungkinkan belajar melewati batas ruang dan waktu, memungkinkan interaksi siswa dengan lingkungan, menghasilkan keseragaman pengamatan, membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan merangsang minat siswa untuk belajar, memberikan pengalaman menyeluruh tentang sebuah objek, meningkatkan kemampuan membedakan dan menafsirka objek, tindakan dan simbol baik yang dibuat manusia maupun yang ada di lingkungan sekitar siswa, memberikan kesempatan siswa untuk belajar mandiri, meningkatkan kesadaran akan dunia sekitar dan meningkatkan kemampuan dalam ekspresi diri.
Dalam menggunakan media dalam pembelajaran di antaranya tentu harus mempertimbangkan karakteristik materi dan karakteristik media. Anitah (2010:89) menjelaskan pertimbangan dalam memilih media antara lain tujuan pembelajaran, pebelajar, ketersediaan, ketepatgunaan, biaya, mutu teknis, dan kemampuan guru. Berkaitan dengan pernyataan tersebut bahwa ada implikasi dalam proses pembelajaran jika salah satu faktor pemilihan tersebut tidak terpenuhi. Untuk itu seorang guru harus benar-benar mempertimbangkan dalam memilih dan menentukan sebuah media yang akah digunakan dalam pembelajaran karena akan berimplikasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Menurut Munadi (2009) dan Asyhar (2010) secara umum media memiliki lima fungsi dalam pembelajaran yaitu sebagai sumber belajar, fungsi semantik, fungsi manipulatif, fiktatif, distributif, fungsi distributif, dan fungsi sosiokultural. Seorang pengembang memanfaatkan berbagai fungsi tersebut baik secara parsial maupun secara menyeluruh dalam sebuah media video untuk menyampaikan materi pembelajaran, sehingga media pembelajaran merupakan bahasa guru di dalam kelas.
Media pembelajaran sebagai sumber belajar memiliki makna bahwa media dapat menggantikan fungsi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran baik ranah kognitif maupun ranah psikomotor. Penggunaan media video pembelajaran yang dirancang dapat digabungkan menggunakan pendekatan siswa aktif seperti diskusi dan presentasi sehingga peran guru dalam pembelajaran tidak lebih dari fasilitator di dalam kelas.
Fungsi semantik sebuah media pembelajaran memiliki makna bahwa simbol, gambar, foto, tabel, maupun grafik yang ditampilkan dalam menjelaskan sebuah topik pembelajaran yang abstrak menjadi konkret dalam pemahaman siswa. Materi pembelaran yang sulit pahami oleh siswa yang disampaikan secara verbalis, media pembelajaran merupakan media yang mampu menjembatani guru untuk membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Gambar memang tidak memiliki kata-kata, tapi gambar diketika ditayangkan dihadapan siswa memiliki ratusan bahkan ribuah kata yang memiliki banyak arti, sehingga materi abstrak akan lebih konkret dan bermakna menggunakan media.
Fungsi manipulatif, fiktatif, dan distributif media pembelajaran memiliki makna bahwa media mampu memanipulasi sebuah objek sesuai dengan kebutuhan di dalam pembelajaran. Fungsi manipulatif berkenaan dengan objek yang tidak bisa bisa dihadirkan karena waktu, ukuran, maupun jumlah objek yang tidak bisa dihadirkan ke dalam kelas. Media yang paling tepat untuk menjelaskan materi yang memiliki sifat-sifat tersebut adalah visual seperti gambar, foto, maupun media audiovisual.
Fungsi psikologis media pembelajaran terdiri dari fungsi atensi, afektif, kognitif, imajinatif, dan motivasi. Fungsi psikologis dimanfaatkan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi. Fungsi psikologis sebuah media digunakan untuk menarik dan meningkatkan perhatian siswa, menggali emosi-emosi siswa, menghadirkan objek-objek sehingga siswa menerima simbol-simbol representatif sehingga siswa memberikan respon secara kognitif, merangsang imajinasi siswa, dan membangikitkan motivasi siswa dalam belajar. Sedangkan fungsi sosiokultural sebuah media pembelajaran memiliki makna bahwa media memiliki kemampuan untuk menyamakan persepesi dalam pembelajaran. Persepsi berbeda yang diterima oleh siswa antara lain disebabkan oleh hambatan sosiokultural seperti adat kebiasaan, kepercayaan, nilai yang berlaku, dan norma. Sebagai contoh adalah warna merah berarti berani bagi bangsa Indonesia namun akan berbeda bagi bangsa China yaitu warna keberuntungan.
Berdasarkan fungsi-fungsi media tersebut di atas media video pembelajaran dikembangkan sesuai dengan karakteristik materi yang ingin disampaikan. Media video pembelajaran memperbanyak tanaman dengan sambung pucuk didesain untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran dengan memperhatikan berbagai fungsi media antara lain membangkitkan minat dan motivasi siswa, menambah pengetahuan siswa dan merupakan media untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga persepsi yang berbeda oleh siswa dapat diminimalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon agar setiap pengunjung memberi komentar atas konten terkait, di tunggu ya trims