1. Teori Dorongan
Teori ini menyatakan bahwa tingah laku seorang siswa didorong ke suatu tujuan karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan inilah yang menyebabkan adanya dorongan dari dalam yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang menuju ke arah tercapainya suatu tujuan dan dorongan tersebut akan menurun intensitasnya jika tujuan sudah tercapai, misalnya motif biologis seperti lapar, haus, dan seks.
2. Teori Insentif
Teori ini menyatakan bahwa suatu karakteristik tertentu dapat menyebabkan terjadinya tingkah laku ke arah tujuan (insentif). Insentif yang positif merupakan tujuan yang diharapkan misalnya bonus, upah, gaji dan menghindari insentif yang negatif.
3. Teori Motivasi Berprestasi
Motivasi seseorang muncul karena adanya kebutuhan berprestasi antara lain harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil, persepsi tentang nilai tugas dan kebutuhan untuk keberhasilan. Kebutuhan berprestasi tersebut bersifat instrinsik dan relatif stabil. Orang yang mempunyai motivasi untuk berprestasi (n-ach) tinggi ingin menyelesaikan tugas dan meningkatkan penampilan mereka yang berorientasi pada masalah yang dapat memberi tantangan dan menghendaki umpan balik.
Siswa dengan n-ach tinggi cenderung bersifat realistis, cenderung ingin melaksanakan tugas dengan tantangan yang sedang dan tidak mau melaksanakan tugas yang mudah. Jika siswa tersebut berhasil melaksanakan tugas cenderung akan meningkatkan aspirasinya untuk meningkat ke arah tugas yang lebih sulit.
4. Teori Motivasi Kompetensi
Teori ini menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan menaklukkan lingkungannya. Keterampilan tersebut antara lain keterampilan untuk mengevaluasi diri sehubungan dengan pelaksanaan tugas tersebut, nilai tugas siswa, harapan untuk tugas dalam tugas, patokan keberhasilan tugas, locus of control, dan penguatan diri.
Guru dapat meningkatkan motivasi siswa dengan menerapkan pendekatan internal sehingga kerja siswa dapat berubah sehingga siswa dapat mengontrol prestasi siswa. Siswa dapat mengontrol prestasi siswa antara lain dengan mengevaluasi diri sehubungan dengan tugas, menyusun kontrol guru-siswa terhadap tugas, tanggung jawab dan tugas, harapan-harapan positif untuk berhasil dan umpan balik atas penyelesaian tugas.
5. Teori Motivasi Kebutuhan Maslow
1. Kebutuhan fisiologis
Untuk membangkitkan motivasi siswa, guru harus memperhatikan kebutuhan fisik misalnya kondisi ruang belajar yang nyaman, terang, rapi, dan kesehatan siswa. Kondisi fisik ini akan berpengaruh terhadap dorongan untuk belajar. Bagaimana motivasi belajar siswa akan muncul jika ruang belajar gelap, bangku berantakan, siswa belum sarapan dan siswa sakit. Tentu saja kondisi seperti ini akan mengganggu konsentrasi belajar siswa secara individu maupun secara keseluruhan.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Setelah kebutuhan fisik, kemudian motivasi siswa akan tumbuh dengan baik jika siswa merasa aman dari er untuk berada dalam situasi yang dapat dikendalikan. Sebagai contoh siswa akan merasa cemas dan gelisah pada saat akan tampil berpidato karena takut akan ditertawakan oleh teman-temannya jika terjadi kesalahan. Guru dalam masalah ini bisa memberi motivasi dengan cara memberikan penjelasan tujuan yang akan dicapai sebelum siswa memulai kegiatan tersebut sehingga diharapkan dapat mengurangi kecemasan siswa.
3. Kebutuhan menjadi bagian suatu kelompok
Setiap siswa sebagaimana manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk hidup berkelompok saling menerima dan memberi perhatian. Untuk membangkitkan motivasi belajar, guru dapat menjaga hubungan yang harmonis dengan seluruh siswa dengan cara menunjukkan perhatian dan keramahan kepada siswa.
4. Kebutuhan dihargai
Siswa juga ingin dihargai karena kemampuan menerima sebuah pelajaran. Dalam hal ini guru dapat memberikan umpan balik, sehingga siswa dapat menilai kemampuannya. Bagi siswa yang sudah kompeten harus diberi penghargaan (rewards), sehingga dia merasa dihargai dan termotivasi untuk terus mengikuti pelajaran sampai tercapai tujuan pembelajaran.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Motivasi akan aktualisasi diri lebih bersifat instrinsik., misalnya rasa suka akan hal-hal yang berhubungan dengan teknologi dirgantara. Motivasi ini terlihat dari sikap siswa yang menyukai bacaan yang berhubungan dengan kedirgantaraan tanpa adanya dorongan orang lain. Untuk siswa seperti ini guru perlu memberi motivasi dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih hal-hal yang baru tersebut dan kegiatan yang digunakan untuk mempelajarinya.
6. Menggunakan Model ARCS dalam pembelajaran
Keller (1987) mengemukakan empat indikator dalam pembelajaran yang mempengaruhi motivasi siswa yaitu
- Attention (Perhatian)
Tidak siswa di kelas yang ingin belajar mempunyai perhatian terhadap materi yang akan disampaikan oleh guru. Guru sebelum memulai pelajaran sebaiknya memberikan apersepsi terlebih dahulu, dengan cara memancing rasa ingin tahu siswa dan mempertahankannya sampai tujuan pembelajaran tercapai.
Diharapkan jika perhatian siswa terhadap pelajaran sudah tumbuh, maka siswa akan termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan baik.
- Relevance (Relevansi)
Untuk menumbuhkan motivasi yang berhubungan dengan relevansi, guru dituntut dapat menyampaikan materi pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan, minat dan motif belajar siswa.
Misalnya guru dapat menguraikan materi pembelajaran matematika menyesuaikan dengan kemampuan sebelumnya , menyampaikan materi dengan strategi yang mudah dimengerti siswa, dan memberikan latihan yang sesuai dengan kemampuan siswa.
- Confidence (Rasa percaya diri)
Dalam hal ini Guru dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan cara membantu siswa mengembangkan harapan keberhasilan dalam pembelajaran. Misalnya Guru menjelaskan kepada siswa kriteria hasil belajar, memberi tantangan dan kesempatan untuk berhasil dan membuat hubungan antara keberhasilan belajar dengan usaha siswa kemudian memberi penghargaan atas kerja siswa.
- Satisfaction (Kepuasan)
Keberhasilan seorang siswa dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan sehingga ia termotivasi untuk berusaha mencapai tujuan serupa. Misalnya siswa akan merasa puas jika dia dapat mengerjakan soal matematika dengan benar. Guru dapat membantu mempertahankan dan meningkatkan siswa tersebut dengan cara memberi reinforcement atau penguatan.
Suciati. 2003. Belajar dan Pembelajaran (Modul Belajar). Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas terbuka
Suciati dan Irawan. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas terbuka. Dirjen Dikti. Departemen Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon agar setiap pengunjung memberi komentar atas konten terkait, di tunggu ya trims